04 Mei 2018
Pesawat tempur IFX/KFX (photo : CNN)
MENTERI Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengungkapkan perjanjian kerja sama atau MoU pembuatan pesawat tempur Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) akan terus berlanjut. Pasalnya, saat ini, Indonesia tengah mengupayakan agar perjanjian tersebut mampu menguntungkan secara teknologi maupun finansial.
"Kita lanjut. Karena kalo tidak lanjut, rugi kita sudah habis Rp3 triliun masa dibuang gitu aja," ujarnya saat ditemui di Markas Korps Marinir, Cilandak, Kamis (3/5).
Dirinya mengungkapkan adanya proses negosiasi karena dalam perjanjian awal kurang memberikan keuntungan kepada Indonesia. Namun, dirinya tidak menjelaskan secara detail isi perjanjian tersebut.
"Waktu MoU itu tidak lengkap, kita tidak boleh inilah, nah kita gak mau. Ya kalo kita yang buat kita harus mandiri, harus bisa menjual. Jangan sampai bisa membuat gak bisa menjual. Kira-kira begitu. Kita nego terus," ujarnya.
Sebelumnya, pengembangan jet tempur ini awalnya dilakukan Korea Selatan pada 15 tahun lalu. Namun, pada 2015, dibuat kesepakatan antara pemerintah Korea Selatan dan Indonesia untuk mengembangkan jet tempur ini secara bersama-sama.
Kesepakatan kerja sama strategis (strategic cooperation agreement) program ini dilakukan pada 4 Desember 2015. Sedangkan kesepakatan cost sharing dan kesepakatan penugasan kerja (work assignment agreement) dilakukan pada Januari 2016.
Dalam kesepakatan tersebut, Indonesia dibebankan menanggung biaya program pengembangan sebesar 20%, sementara Korea Selatan 80%. Dalam kurun waktu 10 tahun pengembangan yang akan dilakukan hingga 2026, total biaya yang ditanggung Indonesia mencapai Rp21,6 triliun.
Pada Juli 2017, program Engineering Manufacture Development (EMD) telah menyelesaikan 14% dari keseluruhan perencanaan program yang berlangsung hingga 2026.
(Media Indonesia)
Pesawat tempur IFX/KFX (photo : CNN)
MENTERI Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengungkapkan perjanjian kerja sama atau MoU pembuatan pesawat tempur Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) akan terus berlanjut. Pasalnya, saat ini, Indonesia tengah mengupayakan agar perjanjian tersebut mampu menguntungkan secara teknologi maupun finansial.
"Kita lanjut. Karena kalo tidak lanjut, rugi kita sudah habis Rp3 triliun masa dibuang gitu aja," ujarnya saat ditemui di Markas Korps Marinir, Cilandak, Kamis (3/5).
Dirinya mengungkapkan adanya proses negosiasi karena dalam perjanjian awal kurang memberikan keuntungan kepada Indonesia. Namun, dirinya tidak menjelaskan secara detail isi perjanjian tersebut.
"Waktu MoU itu tidak lengkap, kita tidak boleh inilah, nah kita gak mau. Ya kalo kita yang buat kita harus mandiri, harus bisa menjual. Jangan sampai bisa membuat gak bisa menjual. Kira-kira begitu. Kita nego terus," ujarnya.
Sebelumnya, pengembangan jet tempur ini awalnya dilakukan Korea Selatan pada 15 tahun lalu. Namun, pada 2015, dibuat kesepakatan antara pemerintah Korea Selatan dan Indonesia untuk mengembangkan jet tempur ini secara bersama-sama.
Kesepakatan kerja sama strategis (strategic cooperation agreement) program ini dilakukan pada 4 Desember 2015. Sedangkan kesepakatan cost sharing dan kesepakatan penugasan kerja (work assignment agreement) dilakukan pada Januari 2016.
Dalam kesepakatan tersebut, Indonesia dibebankan menanggung biaya program pengembangan sebesar 20%, sementara Korea Selatan 80%. Dalam kurun waktu 10 tahun pengembangan yang akan dilakukan hingga 2026, total biaya yang ditanggung Indonesia mencapai Rp21,6 triliun.
Pada Juli 2017, program Engineering Manufacture Development (EMD) telah menyelesaikan 14% dari keseluruhan perencanaan program yang berlangsung hingga 2026.
(Media Indonesia)