14 November 2016
IPCD MALE pada Indodefence 2016. Pesawat ini pertama kali diperkenalkan pada TNI saat berlangsungnya Rapim TNI 2016 pada bulan Desember 2015 (photo : Angkasa)
Dalam perhelatan salah satu pameran industri pertahanan strategis terbesar di dunia, Indo Defence 2016 Expo & Forum yang diselenggarakan pada 2 hingga 5 November 2016 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, sebanyak 844 perusahaan dari 28 negara sahabat menampilkan produk unggulan mereka.
Dalam kesempatan pagelaran Indo Defence 2016 itu, TNI Angkatan Udara (AU) tengah melirik sebuah UAV anyar yang dibuat PT IPCD (Indo Pacific Communication & Defence). Pesawat tanpa awak yang berbahan 100% karbon komposit itu bernama IPCD M.A.L.E (Medium Altitude Long Endurance). Penggunaan komposit pada desain struktur menjadikan UAV ini tidak mudah terdeteksi radar.
Basis dari IPCD M.AL.E. adalah LH-10 Guardian dari LH Aviation (photo : Stu Carr)
“Kita kerja sama dengan Perancis, cuma ini versi yang manned, sebenarnya yang kita pasarin itu versi drone (unmanned). Yang versi unmanned kita pasarin ke Angkatan Udara akhir tahun ini, untuk pengawasan perbatasan,” terang seorang narasumber dari IPCD usai dibukanya Indo Defence 2016 Wilkie Hilman kepada Angkasa.
Lanjut ia mengatakan, bahwa kerja sama dengan perusahaan asal Perancis ini sistemnya transfer teknologi, dan sudah dibuat di Indonesia kompositnya. “Kalau pemesanan lagi berjalan tapi saya belum bisa menyebutkan berapa yang akan dibeli oleh TNI AU, ini kebijakan perusahaan,” ungkapnya.
Versi unmanned dari LH-10 (photo : AIN)
IPCD M.A.L.E memiliki kemampuan jelajah yang tinggi dan rasio tenaga yang maksimal. UAV ini dilengkapi dengan peralatan elektronik dan payload system generasi terbaru yang menjadikan perpaduan sempurna antara teknologi tinggi dengan efesiensi operasional. Untuk payload UAV ini mampu mengangkut bobot hingga 250 kilogram.
UAV ini dapat diaplikasikan untuk misi pengawasan zona udara dan lingkungan; pemantauan aktivitas maritim; pengawasan perbatasan, perkotaan dan lalulintas; serta dapat pula melaksanakan misi pasukan khusus. Sebagai opsional, UAV hasil kerja sama IPCD dengan perusahaan asal Perancis, LH Aviation ini mengeluarkan versi yang dapat dipiloti (manned version) dengan kapasitas dua orang awak.
UAV ini sengaja dikonfigurasikan dengan sensor ISR (manned version) dan dapat pula dikonfigurasikan sebagai pesawat serang ringan jika dibutuhkan. Untuk perakitan, IPCD M.A.L.E hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam untuk dirakit karena menerapkan sistem modular yang sederhana. Selain itu, UAV ini juga dapat dimobilisir melalui jalur darat, laut dan udara dengan menggunakan kontainer 20 feet yang dirancang khusus.
IPCD M.A.L.E memungkinkan untuk dioperasikan pada un-prepared runway hanya dengan tiga orang kru. Untuk take off, Wilkie mengatakan bahwa UAV ini mampu menanjak hanya dengan landasan sepanjang 750 meter. Sementara untuk landing, IPCD M.A.L.E mampu mendarati landasan hanya sepanjang 650 meter.
(Angkasa)
IPCD MALE pada Indodefence 2016. Pesawat ini pertama kali diperkenalkan pada TNI saat berlangsungnya Rapim TNI 2016 pada bulan Desember 2015 (photo : Angkasa)
Dalam perhelatan salah satu pameran industri pertahanan strategis terbesar di dunia, Indo Defence 2016 Expo & Forum yang diselenggarakan pada 2 hingga 5 November 2016 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, sebanyak 844 perusahaan dari 28 negara sahabat menampilkan produk unggulan mereka.
Dalam kesempatan pagelaran Indo Defence 2016 itu, TNI Angkatan Udara (AU) tengah melirik sebuah UAV anyar yang dibuat PT IPCD (Indo Pacific Communication & Defence). Pesawat tanpa awak yang berbahan 100% karbon komposit itu bernama IPCD M.A.L.E (Medium Altitude Long Endurance). Penggunaan komposit pada desain struktur menjadikan UAV ini tidak mudah terdeteksi radar.
Basis dari IPCD M.AL.E. adalah LH-10 Guardian dari LH Aviation (photo : Stu Carr)
“Kita kerja sama dengan Perancis, cuma ini versi yang manned, sebenarnya yang kita pasarin itu versi drone (unmanned). Yang versi unmanned kita pasarin ke Angkatan Udara akhir tahun ini, untuk pengawasan perbatasan,” terang seorang narasumber dari IPCD usai dibukanya Indo Defence 2016 Wilkie Hilman kepada Angkasa.
Lanjut ia mengatakan, bahwa kerja sama dengan perusahaan asal Perancis ini sistemnya transfer teknologi, dan sudah dibuat di Indonesia kompositnya. “Kalau pemesanan lagi berjalan tapi saya belum bisa menyebutkan berapa yang akan dibeli oleh TNI AU, ini kebijakan perusahaan,” ungkapnya.
Versi unmanned dari LH-10 (photo : AIN)
IPCD M.A.L.E memiliki kemampuan jelajah yang tinggi dan rasio tenaga yang maksimal. UAV ini dilengkapi dengan peralatan elektronik dan payload system generasi terbaru yang menjadikan perpaduan sempurna antara teknologi tinggi dengan efesiensi operasional. Untuk payload UAV ini mampu mengangkut bobot hingga 250 kilogram.
UAV ini dapat diaplikasikan untuk misi pengawasan zona udara dan lingkungan; pemantauan aktivitas maritim; pengawasan perbatasan, perkotaan dan lalulintas; serta dapat pula melaksanakan misi pasukan khusus. Sebagai opsional, UAV hasil kerja sama IPCD dengan perusahaan asal Perancis, LH Aviation ini mengeluarkan versi yang dapat dipiloti (manned version) dengan kapasitas dua orang awak.
UAV ini sengaja dikonfigurasikan dengan sensor ISR (manned version) dan dapat pula dikonfigurasikan sebagai pesawat serang ringan jika dibutuhkan. Untuk perakitan, IPCD M.A.L.E hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam untuk dirakit karena menerapkan sistem modular yang sederhana. Selain itu, UAV ini juga dapat dimobilisir melalui jalur darat, laut dan udara dengan menggunakan kontainer 20 feet yang dirancang khusus.
IPCD M.A.L.E memungkinkan untuk dioperasikan pada un-prepared runway hanya dengan tiga orang kru. Untuk take off, Wilkie mengatakan bahwa UAV ini mampu menanjak hanya dengan landasan sepanjang 750 meter. Sementara untuk landing, IPCD M.A.L.E mampu mendarati landasan hanya sepanjang 650 meter.
(Angkasa)