BPPT Serahkan Rekomendasi Desain Standardisasi Kapal Cepat Rudal (KCR-60) ke Kementerian Pertahanan

21 Juli 2018


KRI Halasan 630, Kapal Cepat Rudal TNI AL jenis KCR-60M (all photos : TLDM)

Masih dalam rangkaian Kongres Teknologi Nasional (KTN) 2018, kali ini di bidang teknologi industri pertahanan dan keamanan (Hankam), BPPT menyampaikan dokumen rekomendasi desain untuk standardisasi Kapal Cepat Rudal 60 meter (KCR-60).

Penyerahan Rekomendasi desain KCR-60 ini digelar pada sesi Sidang KTN Bidang Teknologi Hankam, Selasa (18/07/2018).  Rekomendasi desain ini langsung diberikan Kepala BPPT Unggul Priyanto kepada Menteri Pertahanan RI selaku Ketua Harian Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), yang diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsekal Madya TNI Hadiyan Sumintaatmadja.

Disampaikan Deputi Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa  (TIRBR) BPPT, Wahyu Widodo Pandoe, sebagai ketua sidang KTN bidang Teknologi Hankam, bahwa TNI AL membutuhkan kapal kombatan untuk mendukung tugas operasional.

“Salah satu jenis kapal kombatan yang dibutuhkan adalah Kapal Cepat Rudal 60 meter yang  sesuai dengan kebutuhan operasi dan spesifikasi teknik. BPPT melalui hasil kajian review design mengembangkan dan menyusun desain standar KCR-60 yang mengacu pada operational requirement, spesifikasi teknis  TNI AL serta aturan dan regulasi yang berlaku, sehingga memiliki performa kapal yang lebih baik,” jelasnya.

Desain standar ini lanjutnya, merupakan upaya mendukung TNI AL dalam mewujudkan penyeragaman (commonality) produk Alpalhankam beserta komponennya, sehingga industri nasional mampu memiliki daya saing.



“Diharapkan desain standar ini dimanfaatkan oleh TNI AL sebagai pedoman dalam melakukan pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan KCR-60 agar lebih efisien dan efektif oleh galangan kapal nasional di Indonesia,” ujarnya.

Perlu diketahui, Desain KCR-60 dikembangkan BPPT berdasarkan hasil review design terhadap 3 unit KCR batch 1 yang dibangun oleh PT PAL. Desain ini diperuntukkan guna memenuhi kebutuhan operasional dan spesifikasi teknik dari TNI AL, terutama untuk memenuhi kecepatan maksimum 28 knot dengan menggunakan mesin penggerak utama dengan daya yang lebih besar dan desain baling-baling yang sesuai.

Sebagai konsekuensi dari bertambah besarnya mesin penggerak utama tersebut, maka dilakukan optimalisasi pengaturan tata letak (general arrangement) dari pembagian kompartemen, ruang mesin, ruang akomodasi, tangki bahan bakar, tangki-tangki lainnya, dan sebagainya. Selain itu, desain pengembangan ini telah mendapat persetujuan (approval) dari klasifikasi kapal Lloyd's Register (LR). Sehingga dari desain pengembangan ini diharapkan performa kapal lebih baik.

Terkait gelaran KTN 2018, Deputi TIRBR menegaskan pentingnya pengembangan industri pertahanan nasional. Menurutnya, kekuatan militer suatu negara harus didukung oleh industri pertahanan berteknologi maju. Dengan kata lain pengembangan industri pertahanan nasional merupakan bagian dari upaya mewujudkan kemandirian bangsa.

“Karena teknologi Hankam bersifat termutakhir (_state of the art_), strategi penguasaan teknologi pertahanan dan keamanan perlu diupayakan secara serius. Penguasaan teknologi merupakan keniscayaan, agar cita-cita kemandirian bangsa dengan dukungan industri Hankam yang berdaya-saing dapat dicapai,” urainya.

See full article BPPT

Subscribe to receive free email updates: