Indonesia Perlu Skuadron Besar Heli Apache

23 Juli 2018


Helikopter AH-64E Apache Guardian TNI AD (all photos : Penerbad)

Idealnya Indonesia Perlu Skuadron Heli Apache

RMOL. Dalam memenuhi Minimum Essensial Force (MEF) Renstra II (2015-2019), Indonesia mendatangkan delapan unit helikopter Apache dari Amerika Serikat.

Kedatangan helikopter canggih tersebut menambah keketatan militer Indonesia yang memiliki daya getar di kawasan.

Komandan Skuadron-11/Serbu Letkol Cpn Cahyo Permono menyatakan kedatangan Apache ini merupakan suatu lompatan teknologi yang besar bagi perkembangan alutsista Indonesia.

"Kalau kami berfikir bisa lebih dari delapan menjadikan daya tempur kita lebih signifikan," kata Cahyo saat ditemui di Skuadron-11/Serbu, Semarang, Jumat (20/7).

Skuadron-11/Serbu merupakan tempat di mana 8 unit Apache ditempatkan bersama heli serang jenis lainnya.


Menurut Cahyo, jumlah Apache bergantung pada eskalasi ancaman yang terus meningkat di era saat ini. Sehingga unit Apache yang berteknologi canggih itu perlu ditambah.

"Itu tergantung dari segala ancaman dan persepsi kita kepada ancaman dan bagaimana kita membangun kekuatan. Kami berfikir 1 skuadron, 1 skuadron berisi 32 unit," terangnya.

Kendati demikian, dia mengembalikan lagi pada kemampuan negara dalam mengalokasikan anggaran berdasarkan prioritas.

"Berdasarkan pemikiran saya, masih memerlukan lebih tapi kita kembali lagi kepada nrgara," pungkasnya.(RMOL)




Mengintip Kandang 8 Helikopter Apache TNI AD di Semarang

TEMPO.CO, Jakarta-Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat atau TNI AD mengandangkan delapan Helikopter Apache AH-64E terbarunya di Skuadron 11/Serbu, Pangkalan Udara TNI AD Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah. Tempo berkesempatan menengok hanggar tempat delapan helikopter asal pabrikan Amerika Serikat itu pada Jumat, 20 Juli 2018.

Pangkalan Skuadron 11 berada bersebelahan dengan Bandara Ahmad Yani yang baru. Lokasinya persis ada di seberang landasan pacu bandara di bibir Laut Jawa itu. Komandan Skuadron 11 Letnan Kolonel Cahyo Permono mengatakan markasnya menempati lahan seluas 10 hektar. Lahan itu terbagi menjadi 3 hanggar dan apron tempat helikopter diparkir dan meluncur.

Cahyo menuturkan Skuadron 11 memiliki 32 helikopter dari jenis NBO 105, Nbell 412, Bell 412 dan Bell 205. Yang terbaru satuan yang berada di bawah Pusat Penerbang TNI Angkatan Darat ini kedatangan delapan helikopter Apache.

Helikopter Apache tiba di Indonesia pada 16 Mei 2018. Pemerintah membeli Apache dari Amerika Serikat dengan harga sekitar Rp 500 miliar per unit. Helikopter ini diklaim menjadi helikopter paling canggih yang dimiliki TNI AD.


Pengadaan helikopter Apache merupakan hasil kerja sama dengan pemerintah AS melalui Program Manegement Office (PMO) menggunakan skema Government to Government. Pengadaan helikopter ini menjadi bagian dari program modernisasi alat utama sistem persenjataan atau Alutsista TNI sesuai Rencana Strategis Pertahanan Negara dan program Minimum Essential Force (MEF).

Cahyo berujar khusus untuk helikopter ini TNI AD membangun hanggar khusus yang sesuai kebutuhan perawatan helikopter super mahal itu. Hanggar dibangun bersebelahan dengan dua hanggar lama. Hanggar Apache luasnya sekitar dua lapangan sepak bola.

Hanggar, kata dia, dibangun terintegrasi dengan bengkel dan gudang suku cadang. Hanggar juga dilengkapi peralatan untuk mengangkat beban berat. "Dengan fasilitas ini sudah cukup untuk kami memelihara sampai dengan tingkat berat," kata dia.

Cahyo menuturkan di hanggar itu Helikopter Apache dipelihara tiap hari. Pemeliharaan meliputi pengecekan sebelum terbang dan pembersihan mesin selesai latihan terbang. Karena pangkalan Ahmad Yani dekat laut, perawatan juga meliputi pencegahan korosi. "Itu perlu kami lakukan setiap hari supaya heli bisa dipakai untuk jangka panjang," kata dia. (Tempo)

Subscribe to receive free email updates: