Menengok Rencana Strategis PT PAL

21 Juli 2018

Rencana strategis PT PAL (all photos : PAL)

Perhelatan Kongres Teknologi Nasional tahun 2018 (KTN 2018) telah diselenggarakan pada 17-19 Juli 2018 lalu di Aula Gedung BPPT Jakarta. Pada tahun ini KTN fokus pada Teknologi Material, Teknologi Kebencanaan dan Teknologi Hankam.

Khusus untuk materi Teknologi Hankam, KTN 2018 menyodorkan tema "Mendorong Kemandirian Bangsa Melalui Penguasaan Teknologi Industi Pertahanan". Tentu saja tema ini menarik perhatian karena sejumlah industri pertahanan dalam negeri turut menjadi pembicara.


Market leader industri pertahanan nasional yaitu PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad dan PT LEN turut jadi pembicara, dan tidak tanggung-tanggung yang menyampaikan presentasi adalah Direksinya sendiri.

Salah satu materi yang menarik adalah presentasi PT PAL, karena didalamnya memuat rencana strategis perseroan ini setelah mendapatkan kucuran dana Penanaman Modal Negara (PMN) sebesar Rp 1.500 miliar (Rp 1,5 triliun).


Submarine Facility
Fasilitas produksi kapal selam PT PAL adalah fasilitas paling baru yang dimiliki perusahaan ini, pengadaan peralatannya dilakukan atas asistensi Korea Selatan untuk melaksanakan kesepakatan Transfer of Technology (ToT) dalam kontrak pembelian tiga kapal selam kelas DSME 1400 (Nagapasa class) atau versi Korea dari kapal selam Type 209.

Meskipun baru, namun PAL menargetkan untuk mampu memproduksi kapal selam sendiri untuk memenuhi pesanan TNI AL. Tahap pertama pekerjaan yang dilakukan disini adalah "joint section production" kapal selam ketiga dari DSME 1400 yaitu KRI 405 Alugoro.


Terkait rencana TNI AL untuk memiliki 8 kapal selam hingga tahun 2024, maka kekurangan tiga kapal selam dapat diproduksi semua di PT PAL dari seri DSME 1400 ini. Kapal selam ke-4 masih akan dilaksanakan dengan joint production dengan DSME, karena peralatan torpedo alignment machine belum dimiliki sehingga dari total 6 modul, 1 modul akan dikerjakan di Korea. 

PAL menargetkan ajuan PMN sebesar Rp 1,29 triliun dapat segera cair sehingga untuk kapal selam ke-5 dan ke-6 dapat sepenuhnya dikerjakan di dalam negeri. Demikian juga MRO kapal selam juga dapat dilakukan di PAL. Kedepan PAL siap melayani pesanan TNI untuk melanjutkan pengadaan kapal selam hingga target ideal yaitu 12 unit, dan juga ekspor kapal selam ke negara lain.


Surface Combatant Facility
Saat ini fasilitas produksi ini mengerjakan kapal fregat PKR-105 (Sigma 10514) dan kapal cepat rudal KCR-60M pesanan TNI AL.

Hingga tahun 2024 TNI AL membutuhkan kapal fregat baru untuk menggantikan 6 kapal Van Speijk class dan 24 kapal cepat rudal yang akan dipasok dari 2 tipe yaitu KCR-60 (dikerjakan oleh PAL) dan KCR-40 (dikerjakan di galangan kapal lain).


Untuk fregat PKR sampai saat ini baru terealisasi 2 unit yang dikerjakan secara joint production dengan Damen Schelde Belanda. PAL menyatakan kesiapannya untuk membangun fregat ke-3 dan ke-4 dari tipe PKR-105 yang sepenuhnya akan dibangun di Surabaya. Untuk fregat ke-5 dan ke-6 dimana TNI AL ingin menaikkan kelas kapal menjadi destroyer, PAL juga siap untuk melakukan joint production dengan mitra yang terpilih.

Multirole Ship Facility
Fasilitas produksi kapal multirole dimulai dengan produksi 2 kapal LPD 122m (Landing Platform Dock) hasil kesepakatan ToT dalam kontrak pengadaan 4 LPD kelas Makassar dengan Korea Selatan.

Tidak berhenti disitu PAL kemudian mendapatkan pesanan 2 kapal SSV dengan basis Makassar class dan tambahan pesanan 2 LPD dari TNI AL. PAL melanjutkan pengembangan kapal tipe ini dari semula panjang 122m lalu 143m dan kemudian mendesain panjang 163m sebagai pengajuan kapal MRSS untuk tender bagi AL Malaysia (TLDM).


Atas pengalaman itulah maka PAL mengajukan desain kapal Landing Helicopter Dock/Landing Platform Helicopter  (LHD/LPH) dengan panjang 244m untuk melengkapi armada kapal TNI AL. Desain kapal ini bahkan lebih besar dari kapal serupa milik tetangga yaitu Canberra class-Australia, HTMS Chakri Naruebet-Thailand dan Endurance 170-Singapore, juga lebih besar dari Mistral class-Prancis.

LPH/LHD merupakan kapal yang digunakan untuk pendaratan amfibi, dimana kapal dapat membawa 2 batalyon pasukan, 1 skuadron helikopter, 1 batalyon kendaraan lapis baja beserta peralatan tempur lainnya. Dalam masa damai, kapal ini dapat digunakan pada misi kemanusiaan untuk membantu daerah yang terkena bencana alam.


Serangkaian program dari rencana strategis PAL tersebut adalah bagian dari keinginan perusahaan untuk menaikkan utilisasi fasilitas produksi PT PAL. Kenaikan utilisasi akan membawa galangan kapal ini mencapai skala ekonomis sehingga profit perusahaan akan meningkat.

Penguasaan teknologi industi pertahanan yang dilakukan PAL Indonesia benar-benar dapat mendorong kemandirian bangsa, sehingga Indonesia akan mampu memproduksi sendiri alutsista untuk menjaga negeri tercinta ini.

(Defense Studies)

Subscribe to receive free email updates: