Pemerintah RI dan Sejumlah BUMN Jajaki Pembelian Pesawat A400M

24 Agustus 2018

Pesawat angkut A400M AU Prancis (photo : Kompas)

Pesawat Airbus A400M Singgah di Halim Perdanakusuma, RI Berniat Beli?

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno berkunjung ke Landasan AU Halim Perdana Kusuma pada Selasa 21 Agustus 2018, untuk meninjau langsung pesawat transport, heavy-lift produksi Airbus, A400M.

Itu dilakukan di tengah prospek pemerintah Indonesia yang berencana untuk membeli burung besi tersebut, demi meningkatkan kapabilitas distribusi logistik barang sejumlah perusahaan negara (mulai dari bahan bakar minyak hingga semen) via udara ke wilayah terjauh dan pelosok Tanah Air.

Pesawat Airbus A400M yang ditinjau oleh Menteri Rini adalah salah satu milik Angkatan Udara (AU) Prancis yang tengah singgah di Indonesia. Burung besi itu merupakan bagian dari detasemen AU Prancis yang berpartisipasi dalam latihan militer gabungan 'Pitch Black' di Australia pada Juli-Agustus 2018 lalu.

Datang atas undangan Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Menteri Rini mengatakan bahwa pemerintah RI dan sejumlah BUMN masih berdialog dan melakukan penjajakan dengan pihak Airbus selaku pemanufaktur, guna membeli pesawat itu.

"Kita (pemerintah RI) sedang bicarakan dengan pihak Airbus, dengan PT Dirgantara Indonesia (PTDI), dengan Garuda Indonesia, dengan Angkatan Udara," kata Menteri Rini usai meninjau pesawat tersebut, Selasa (21/8/2018).

Lambung kargo pesawat Airbus A400M milik AU Prancis yang singgah di Halim Perdanakusuma (21/8). Indonesia dikabarkan berniat untuk membeli pesawat berkapasitas maksimum 37 ton tersebut. (photo : Liputan6)

Rini mengatakan, pemerintah RI, jika jadi membeli, mempertimbangkan untuk menggunakan pesawat itu sebagai pengangkut bahan baku dasar yang dibutuhkan warga Indonesia di pelosok dalam waktu cepat. Itu juga ditujukan untuk merombak sistem distribusi yang selama ini menggunakan kapal, yang dinilai menyulitkan dan membutuhkan waktu lama untuk tiba ke wilayah terjauh Indonesia, sehingga, menyebabkan instabilitas pengadaan barang, fluktuasi harga, bahkan inflasi.

Rencana pembelian pesawat itu, jelas Rini, juga ditujukan untuk mendukung kebijakan program pemerintah terkait "program BBM dan LPG satu harga" di wilayah pelosok, serta "bagaimana kita mencoba agar harga semen bisa jauh lebih murah dan produk-produk kebutuhan dasar masyarakat juga memiliki harga yang sama" dengan di Pulau Jawa.

"Karena seringkali, kalau kita hanya menggunakan kapal, itu (proses distribusi) akan membutuhkan waktu lama, dan akan memberikan dampak inflasi," tambahnya.

Pesawat berspesifikasi militer itu, menurut pihak Airbus, mampu membawa muatan maksimum hingga 37 ton dan mampu mendarat di landasan yang memiliki keterbatasan --jarak yang pendek dan tak beraspal.

Bagi Rini, fitur itu dinilai positif dan sesuai dengan kebutuhan Indonesia.

"Pesawat ini mampu mendarat hanya dengan landasan sepanjang 1.000 meter dengan lebar 45 m, dan bisa mendarat di landasan tanah, tak harus concrete (aspal)," jelas Rini.

"Nah ini kan bisa banget di daerah kita, terutama di kepulauan yang tidak bisa dijangkau dengan mudah, yang pakai kapal besar juga sulit karena tidak ada dermaga."

Beberapa perusahaan BUMN yang diproyeksikan akan memanfaatkan pesawat itu meliputi, Pertamina, PLN, Semen Indonesia, Badan Urusan Logistik (BULOG), dan lainnya, mengutip materi presentasi yang disajikan oleh Airbus.

(Liputan6)

Subscribe to receive free email updates: