06 Oktober 2018
Pulau Morotai di Maluku Utara (image : GoogleMaps)
KBRN, Ternate : Setelah membangun benteng pertahanan terpadu tiga matra antara darat, udara dan laut milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Pulau Natuna, kini pemerintah pusat mulai terfokus dengan kabupaten terluar yang ada di wilayah timur Indonesia yakni Kabupaten Pulau Morotai.
Morotai yang berada di bibir pasifik dan berbatasan langsung dengan negara tetangga serta menjadi lokasi peninggalan Perang Dunia ke-II pada 15 September tahun 1944 silam, menjadi alasan utama pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan perkuatan militer di wilayah tersebut.
Komandan TNI-AU Morotai, Kolonel navigator Arif Budiyanto saat dikonfirmasi Reporter RRI di Ternate, Jumat (5/10/2018) mengatakan, Kabupaten Pulau Morotai di tahun 2020 mendatang, Morotai akan menjadi sebagai pangkalan militer terpadu dan untuk konsep pertama dalam menjadikan Morotai sebagai pangkalan militer terpadu, TNI telah menyiapkan pembangunan satuan radar yang akan dilaksanakan di Tanjung Sofi Kecamatan Morotai Utara (Morut) milik TNI-AD.
Selain membangun radar milik TNI-AD, nantinya pemerintah juga akan menempatkan satuan rudal yang bertujuan untuk melindungi radar tersebut. Dan satuan rudal itu akan ditempatkan di seputaran Lanud Leo Watimena Morotai.
Selain pembangunan satuan radar dan satuan rudal, TNI juga akan menambahkan detasemen pertahanan udara yang juga ditempatkan di seputaran Lanud Leo Watimena yang ditambah dengan penempatan satu Batalion TNI-AD di Morotai yang diimbangi dengan pembangunan pangkalan TNI-AL.
Dengan dibangunnya pangkalan militer terpadu di Morotai lanjut Danlanud, Morotai juga akan dibangun dermaga-dermaga yang siap menerima kekuatan TNI-AL yang dipersiapkan untuk mendukung konsep pangkalan terpadu yang diperkuat dengan instalasi kapal selam. Karena rencana kedepan Morotai sama dengan apa yang telah dibangun pemerintah di Kepulauan Natuna.
Lanud Leo Wattimena Morotai (photo : Seputar Malut News)
“Itu merupakan konsep dari pimpinan atas dan kita hanya melaksanakan dan menyiapkan saja, karena itu merupakan bagian dari pertimbangan karena Morotai terletak di wilayah luar yang bebatasan langsung dengen beberapa negara tetangga,” ungkap Danlanud Leo Watimena.
Sebagai pulau terluar di wilayah timur Indonesia menurut Danlanud, Mortotai mempunyai fasilitas yang cukup, pasalnya pengoperasian alutsista tidak menjadi halangan di wilayah Morotai karena lebih dekat untuk melindungi wilayah sekitar.
Danlanud juga menyampaikan, untuk penempatan kekuatan udara di Morotai saat ini pihaknya masih menunggu untuk tindaklanjutnya, namun instalasi persiapan dini akan tetap dibangun yang Insya Allah TNI akan menyiapkan shelter-shelter untuk pesawat tempur yang akan mendarat mempunyai tempat parkir dan menginap di Morotai.
Untuk jumlah personel yang ada di TNI-AU Morotai sendiri lanjut Danlanud, penambahan personel sudah sangat jelas yang tersebar di Indonesia dan kedepan pengisian kekuatan personel sudah sangat jelas dan memang sudah diharuskan.
“Meskipun masih bisa dikatakan kurang tapi itu tidak menjadi alasan kita untuk melindungi keamanan negara,” tegasnya.
Disentil terkait dengan landasan pacu yang ada di bandara Leo Watimena Morotai, kata Danlanud, saat ini landasan yang ada di bandara Leo Watimena masih sangat layak dengan panjang 2500 meter dengan lebar 45 meter yang bisa didarati oleh pesawat sipil untuk melakukan aktivitas.
“Untuk menjadikan bandara Morotai sebagai bandara international tidak menjadi penghalang, karena itu nantinya ada kerja sama, sebab apapun juga bandara Morotai merupakan bandara yang dioperasikan oleh Lanud Leo Watimena dan itu nantinya ada pengaturan bagaimana untuk pengoperasian pesawat sipil di wilayah militer,” pungkasnya.
(RRI)
Pulau Morotai di Maluku Utara (image : GoogleMaps)
KBRN, Ternate : Setelah membangun benteng pertahanan terpadu tiga matra antara darat, udara dan laut milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Pulau Natuna, kini pemerintah pusat mulai terfokus dengan kabupaten terluar yang ada di wilayah timur Indonesia yakni Kabupaten Pulau Morotai.
Morotai yang berada di bibir pasifik dan berbatasan langsung dengan negara tetangga serta menjadi lokasi peninggalan Perang Dunia ke-II pada 15 September tahun 1944 silam, menjadi alasan utama pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan perkuatan militer di wilayah tersebut.
Komandan TNI-AU Morotai, Kolonel navigator Arif Budiyanto saat dikonfirmasi Reporter RRI di Ternate, Jumat (5/10/2018) mengatakan, Kabupaten Pulau Morotai di tahun 2020 mendatang, Morotai akan menjadi sebagai pangkalan militer terpadu dan untuk konsep pertama dalam menjadikan Morotai sebagai pangkalan militer terpadu, TNI telah menyiapkan pembangunan satuan radar yang akan dilaksanakan di Tanjung Sofi Kecamatan Morotai Utara (Morut) milik TNI-AD.
Selain membangun radar milik TNI-AD, nantinya pemerintah juga akan menempatkan satuan rudal yang bertujuan untuk melindungi radar tersebut. Dan satuan rudal itu akan ditempatkan di seputaran Lanud Leo Watimena Morotai.
Selain pembangunan satuan radar dan satuan rudal, TNI juga akan menambahkan detasemen pertahanan udara yang juga ditempatkan di seputaran Lanud Leo Watimena yang ditambah dengan penempatan satu Batalion TNI-AD di Morotai yang diimbangi dengan pembangunan pangkalan TNI-AL.
Dengan dibangunnya pangkalan militer terpadu di Morotai lanjut Danlanud, Morotai juga akan dibangun dermaga-dermaga yang siap menerima kekuatan TNI-AL yang dipersiapkan untuk mendukung konsep pangkalan terpadu yang diperkuat dengan instalasi kapal selam. Karena rencana kedepan Morotai sama dengan apa yang telah dibangun pemerintah di Kepulauan Natuna.
Lanud Leo Wattimena Morotai (photo : Seputar Malut News)
“Itu merupakan konsep dari pimpinan atas dan kita hanya melaksanakan dan menyiapkan saja, karena itu merupakan bagian dari pertimbangan karena Morotai terletak di wilayah luar yang bebatasan langsung dengen beberapa negara tetangga,” ungkap Danlanud Leo Watimena.
Sebagai pulau terluar di wilayah timur Indonesia menurut Danlanud, Mortotai mempunyai fasilitas yang cukup, pasalnya pengoperasian alutsista tidak menjadi halangan di wilayah Morotai karena lebih dekat untuk melindungi wilayah sekitar.
Danlanud juga menyampaikan, untuk penempatan kekuatan udara di Morotai saat ini pihaknya masih menunggu untuk tindaklanjutnya, namun instalasi persiapan dini akan tetap dibangun yang Insya Allah TNI akan menyiapkan shelter-shelter untuk pesawat tempur yang akan mendarat mempunyai tempat parkir dan menginap di Morotai.
Untuk jumlah personel yang ada di TNI-AU Morotai sendiri lanjut Danlanud, penambahan personel sudah sangat jelas yang tersebar di Indonesia dan kedepan pengisian kekuatan personel sudah sangat jelas dan memang sudah diharuskan.
“Meskipun masih bisa dikatakan kurang tapi itu tidak menjadi alasan kita untuk melindungi keamanan negara,” tegasnya.
Disentil terkait dengan landasan pacu yang ada di bandara Leo Watimena Morotai, kata Danlanud, saat ini landasan yang ada di bandara Leo Watimena masih sangat layak dengan panjang 2500 meter dengan lebar 45 meter yang bisa didarati oleh pesawat sipil untuk melakukan aktivitas.
“Untuk menjadikan bandara Morotai sebagai bandara international tidak menjadi penghalang, karena itu nantinya ada kerja sama, sebab apapun juga bandara Morotai merupakan bandara yang dioperasikan oleh Lanud Leo Watimena dan itu nantinya ada pengaturan bagaimana untuk pengoperasian pesawat sipil di wilayah militer,” pungkasnya.
(RRI)