29 November 2018
Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengatakan, TNI mengembangkan sistem "Network Centric Warfare" dalam latihan operasi gabungan tiga matra, di Pos Tinjau T-12 Pusat Latihan dan Tempur (Puslatpur) Marinir-5 Baluran, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, Rabu.
"Dalam latihan tersebut, sistem interoperability yang utama karena merupakan bagian dari platform yang sedang dibangun oleh TNI yaitu Network Centric Warfare. Saat ini sedang dikembangkan dengan menggunakan bantuan satelit sehingga seluruh komunikasi kita tidak menggunakan BTS," kata Panglima TNI usai meninjau langsung Latihan Bantuan Tembakan Terpadu TNI Tahun 2018.
Operasi darat gabungan dalam skenario yang dijalankan disebutkan bahwa dalam rangka merebut "Center of Gravity" dan memberikan peluang gerak maju pasukan darat Infanteri maka diperlukanlah satu bantuan tembakan terpadu baik dari bantuan tembakan darat, laut maupun udara.
Menurut Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, tujuan latihan ini adalah menguji bagaimana sistem interoperability yang diawaki oleh Komunikasi dan Elektronik (Komlek) berjalan dengan baik.
Network Centric Warfare untuk TNI AL (photo : Defense Studies)
"Interoperability adalah keputusan dari komando atas sampai komando bawah dan samping, agar semuanya bisa menerima dengan satu komando yang sama," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) ini.
Hal itu, lanjut Hadi, tidak mudah untuk menyatukan tiga kekuatan yang karakteristiknya berbeda dalam hal bantuan tembakan baik kekuatan darat, laut dan udara.
"Saya lihat tadi semuanya dapat berjalan dengan baik," ucapnya.
Panglima TNI mengatakan bahwa latihan ini diselenggarakan sekaligus untuk menguji pengadaan persenjataan pada Renstra ke-II tahun 2015-2019, apakah sesuai dengan peruntukannya dan ternyata hasilnya sesuai dengan apa yang diinginkan termasuk di dalamnya adalah presisi ketepatan untuk menembak.
Network Centric Warfare untuk TNI AD (photo : Defense Studies)
"Untuk itu apa yang kita inginkan dalam pengadaan persenjataan di Renstra ke-II tahun 2015-2019 semuanya sudah sesuai," ucapnya.
Panglima TNI menyampaikan rasa bangga kepada seluruh prajurit TNI yang berlatih, bahwa Latihan Operasi Gabungan telah dilaksanakan pada akhir tahun 2018 bisa berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang ditetapkan.
"Saya bangga dengan seluruh prajurit, baik TNI AD, AL dan AU telah menunjukkan profesionalismenya. Profesionalisme TNI semuanya adalah untuk rakyat dan inilah bukti nyatanya," katanya.
Turut mendampingi Panglima TNI, diantaranya KSAL Laksamana TNI Siwi Sukma Adji, KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna, dan Jenderal TNI Andika Perkasa yang baru saja dilantik menjadi KSAD menggantikan Jendral TNI Mulyono yang juga hadir dalam Latihan ini.
(Antara)
Network Centric Warfare untuk TNI AU (photo : Defense Studies)
"Dalam latihan tersebut, sistem interoperability yang utama karena merupakan bagian dari platform yang sedang dibangun oleh TNI yaitu Network Centric Warfare. Saat ini sedang dikembangkan dengan menggunakan bantuan satelit sehingga seluruh komunikasi kita tidak menggunakan BTS," kata Panglima TNI usai meninjau langsung Latihan Bantuan Tembakan Terpadu TNI Tahun 2018.
Operasi darat gabungan dalam skenario yang dijalankan disebutkan bahwa dalam rangka merebut "Center of Gravity" dan memberikan peluang gerak maju pasukan darat Infanteri maka diperlukanlah satu bantuan tembakan terpadu baik dari bantuan tembakan darat, laut maupun udara.
Menurut Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, tujuan latihan ini adalah menguji bagaimana sistem interoperability yang diawaki oleh Komunikasi dan Elektronik (Komlek) berjalan dengan baik.
Network Centric Warfare untuk TNI AL (photo : Defense Studies)
"Interoperability adalah keputusan dari komando atas sampai komando bawah dan samping, agar semuanya bisa menerima dengan satu komando yang sama," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) ini.
Hal itu, lanjut Hadi, tidak mudah untuk menyatukan tiga kekuatan yang karakteristiknya berbeda dalam hal bantuan tembakan baik kekuatan darat, laut dan udara.
"Saya lihat tadi semuanya dapat berjalan dengan baik," ucapnya.
Panglima TNI mengatakan bahwa latihan ini diselenggarakan sekaligus untuk menguji pengadaan persenjataan pada Renstra ke-II tahun 2015-2019, apakah sesuai dengan peruntukannya dan ternyata hasilnya sesuai dengan apa yang diinginkan termasuk di dalamnya adalah presisi ketepatan untuk menembak.
Network Centric Warfare untuk TNI AD (photo : Defense Studies)
"Untuk itu apa yang kita inginkan dalam pengadaan persenjataan di Renstra ke-II tahun 2015-2019 semuanya sudah sesuai," ucapnya.
Panglima TNI menyampaikan rasa bangga kepada seluruh prajurit TNI yang berlatih, bahwa Latihan Operasi Gabungan telah dilaksanakan pada akhir tahun 2018 bisa berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang ditetapkan.
"Saya bangga dengan seluruh prajurit, baik TNI AD, AL dan AU telah menunjukkan profesionalismenya. Profesionalisme TNI semuanya adalah untuk rakyat dan inilah bukti nyatanya," katanya.
Turut mendampingi Panglima TNI, diantaranya KSAL Laksamana TNI Siwi Sukma Adji, KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna, dan Jenderal TNI Andika Perkasa yang baru saja dilantik menjadi KSAD menggantikan Jendral TNI Mulyono yang juga hadir dalam Latihan ini.
(Antara)