11 Februari 2019
KFX serie C-109 (image : KAI)
Ketika mengunjungi pameran IndoDefence 2018 lalu, Defense Studies sempat melakukan diskusi dengan PT Dirgantara Indonesia mengenai desain akhir pesawat tempur lansiran Korea-Indonesia ini. Diskusi berlangsung dengan dua petugas PT DI yang khusus ditempatkan pada stand pesawat KF-X/IF-X ini.
Sebagaimana diketahui, Amerika Serikat menolak untuk memberikan 4 teknologi kunci pesawat tempur bagi pengembangan pesawat KF-X/IF-X, oleh karenanya agar program tetap berjalan maka dicarilah jalan agar pesawat tempur tetap selesai dan sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan. Adapun keempat teknologi kunci tersebut adalah : radar AESA, IRST, Electro Optic Targeting Pod (EO TGP), dan RF Jammer.
SkyWard IRST buatan Leonardo diperlihatkan pada stand Hanwha Systems pada ADEX 2017 (photo : Air Recognition)
Desain akhir yang dipilih pesawat KF-X/IF-X adalah serie C-109, merupakan pesawat tempur medium dengan 2 mesin yang menggunakan IRST (Infra Red Search and Track), untuk peralatan satu ini, dari PT DI menjawab bahwa pilihan dijatuhkan pada produk Leonardo. Merunut ke belakang, saat pameran ADEX 2017, Leonardo pernah membawa IRST ini ke Seoul. IRST adalah peralatan adalah untuk mendeteksi dan melacak objek yang mengeluarkan radiasi infra merah seperti pesawat jet dan helikopter
Hanwha Systems mengajukan produk EO TGP targeting pod (photo : Air Recognition)
Kemudian berlanjut ke EO TGP, ataupun targeting pod, dijawab bahwa produk lokal buatan Hanwha Systems akan dipakai untuk melengkapi pesawat tempur ini. Fungsi targeting pod adalah untuk memandu rudal presisi, diharapkan produk Korea ini dapat mendekati Sniper targeting pod buatan Lockheed Martin. Peralatan buatan Hanwha ini juga pernah muncul saat pameran ADEX 2017 lalu.
Hanwha AESA radar (photo : Hanwha Systems)
Saat membahas radar AESA yang akan digunakan oleh pesawat KF-X/IF-X ini, dari PT DI menjawab bahwa produk yang akan digunakan adalah buatan Leonardo. Sebagaimana diketahui, Leonardo telah berhasil membuat radar AESA dengan nama Raven yang digunakan untuk pesawat tempur modern Gripen E. Ketika Defense Studies mengingatkan bahwa Hanwha telah melakukan riset untuk radar AESA ini, dari PT DI menjawab bahwa bisa saja menggunakan produk Hanwha jika memang benar telah siap dan teruji.
Penggunaan radar AESA memang sangat diperlukan untuk pesawat tempur modern, karena teknologi radar ini dapat mendeteksi 10 pesawat lawan sekaligus, mengunci dan meluncurkan 10 rudal sekaligus ke arah pesawat lawan tersebut.
LIG Nex1 RF Jammer (photo : ROKAF)
Jika menilik 4 teknologi yang telah disiapkan tersebut, rasanya sudah tidak ada kendala lagi bagi Korea dan Indonesia untuk segera menyelesaikan prototipe pesawat KF-X/IF-X.
(Defense Studies)
KFX serie C-109 (image : KAI)
Ketika mengunjungi pameran IndoDefence 2018 lalu, Defense Studies sempat melakukan diskusi dengan PT Dirgantara Indonesia mengenai desain akhir pesawat tempur lansiran Korea-Indonesia ini. Diskusi berlangsung dengan dua petugas PT DI yang khusus ditempatkan pada stand pesawat KF-X/IF-X ini.
Sebagaimana diketahui, Amerika Serikat menolak untuk memberikan 4 teknologi kunci pesawat tempur bagi pengembangan pesawat KF-X/IF-X, oleh karenanya agar program tetap berjalan maka dicarilah jalan agar pesawat tempur tetap selesai dan sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan. Adapun keempat teknologi kunci tersebut adalah : radar AESA, IRST, Electro Optic Targeting Pod (EO TGP), dan RF Jammer.
SkyWard IRST buatan Leonardo diperlihatkan pada stand Hanwha Systems pada ADEX 2017 (photo : Air Recognition)
Desain akhir yang dipilih pesawat KF-X/IF-X adalah serie C-109, merupakan pesawat tempur medium dengan 2 mesin yang menggunakan IRST (Infra Red Search and Track), untuk peralatan satu ini, dari PT DI menjawab bahwa pilihan dijatuhkan pada produk Leonardo. Merunut ke belakang, saat pameran ADEX 2017, Leonardo pernah membawa IRST ini ke Seoul. IRST adalah peralatan adalah untuk mendeteksi dan melacak objek yang mengeluarkan radiasi infra merah seperti pesawat jet dan helikopter
Hanwha Systems mengajukan produk EO TGP targeting pod (photo : Air Recognition)
Kemudian berlanjut ke EO TGP, ataupun targeting pod, dijawab bahwa produk lokal buatan Hanwha Systems akan dipakai untuk melengkapi pesawat tempur ini. Fungsi targeting pod adalah untuk memandu rudal presisi, diharapkan produk Korea ini dapat mendekati Sniper targeting pod buatan Lockheed Martin. Peralatan buatan Hanwha ini juga pernah muncul saat pameran ADEX 2017 lalu.
Hanwha AESA radar (photo : Hanwha Systems)
Saat membahas radar AESA yang akan digunakan oleh pesawat KF-X/IF-X ini, dari PT DI menjawab bahwa produk yang akan digunakan adalah buatan Leonardo. Sebagaimana diketahui, Leonardo telah berhasil membuat radar AESA dengan nama Raven yang digunakan untuk pesawat tempur modern Gripen E. Ketika Defense Studies mengingatkan bahwa Hanwha telah melakukan riset untuk radar AESA ini, dari PT DI menjawab bahwa bisa saja menggunakan produk Hanwha jika memang benar telah siap dan teruji.
Penggunaan radar AESA memang sangat diperlukan untuk pesawat tempur modern, karena teknologi radar ini dapat mendeteksi 10 pesawat lawan sekaligus, mengunci dan meluncurkan 10 rudal sekaligus ke arah pesawat lawan tersebut.
LIG Nex1 RF Jammer (photo : ROKAF)
Kemudian yang terakhir adalah Radio Frequency Jammer, PT DI menjawab bahwa produk yang akan dipakai untuk KF-X/IF-X merupakan buatan lokal Korea yang dibuat oleh LIG Nex1 yang juga telah dipakai oleh Angkatan Udara Korea (ROKAF), produk ini adalah ALQ-200. RF jammer adalah peralatan untuk yang mengganggu peralatan elektronik musuh dan meningkatkan kemampuan bertahan tempur dengan menembakkan gelombang elektro magnetik berdaya tinggi
Jika menilik 4 teknologi yang telah disiapkan tersebut, rasanya sudah tidak ada kendala lagi bagi Korea dan Indonesia untuk segera menyelesaikan prototipe pesawat KF-X/IF-X.
(Defense Studies)