Torpedo SUT Buatan PT DI

13 Februari 2019


Produkdi Torpedo SUT di PT DI, tidak dijelaskan apakah masih berlangsung atau tidak (photo : KKIP)

SUT Torpedo dirancang untuk menghadapi target kapal selam dan kapal permukaan.
Torpedo SUT tidak hanya dapat diluncurkan dari kapal selam dengan metode swim-out, melainkan juga dari kapal permukaan dengan metode pneumatic push-out.

SPESIFIKASI
Panjang tanpa casket : 6,150mm (6.620mm dengan casket)
Diameter : 533mm
Berat versi tempur : 1,413.6Kg (tempur), 1,224.00Kg (latihan)
Berat isian tempur : 255Kg
Pendorong : motor listrik
Jarak jangkau maks. : 12Km (kecepatan 35Kts)
Jarak jangkau optimal : 28Km (kecepatan 23Kts)

(KKIP)

AEG SUT 533mm: Heavyweight Torpedo Dengan Pemandu Sonar Pasif Dan Aktif

Dari segi update teknologi, boleh jadi torpedo ini sudah agak ketinggalan saat ini. Tapi harus diakui bahwa torpedo SUT (Surface and Underwater Target) 533 mm yang pernah diproduksi PT Dirgantara Indonesia (d/h PT IPTN) adalah pencapaian penting dalam ranah perkembangan alutsista di dalam negeri. Pasalnya kali itulah, Indonesia mampu memproduksi torpedo secara lisensi dari AEG (Allgemeine Elektrizitäts-Gesellschaft), Telefunken, Jerman. Ini tak lain buah dari kebijakan strategis untuk menangani aspek peperangan bawah laut.

Merujuk informasi dari Edisi Koleksi Angkasa – Alutsista Dalam Negeri 2009, disebutkan PT DI mulai memproduksi torpedo ini lewat Divisi Sistem Senjata di Pulau Madura sejak 1986. Sementara sumber dari Navweaps.com, menyebut PT DI sudah mulai memproduksi torpedo jenis SST (Special Surface Target) sejak tahun 1978.


Sebagai negara yang cukup masyur dengan kisah kejayaaan kapal selam di masa lampau, jelas TNI AL punya pengalaman lumayan komplit dalam mengoperasikan torpedo. Di tahun 60-an, tatkala 12 unit Whiskey Class memperkuat TNI AL, sudah hadir jenis torpedo SAET (Samonavodiashaiasia Akustisticheskaia Elektricheskaia Torpeda)-50, sebuah torpedo jenis homing akustik yang ditenagai dengan teknologi elektrik. Kecanggihan SAET-50 yakni saat diluncurkan dapat langsung mencari sasaran sendiri (fire and forget) berdasarkan suara baling-baling atau material magnetik yang dipancarkan oleh badan kapal target. Pada masa berkecamuknya Perang Dingin, SAET-50 terbilang torpedo yang cukup mengkhawatirkan bagi armada NATO.


Torpedo kelas berat SUT milik TNI AL (photo : kaskus Militer)

Bergeser ke alutsista buatan Barat, TNI AL juga mengoperasikan (hingga kini) torpedo jenis MK46 dan A244. Keduanya punya kaliber yang serupa, 324 mm (12.75 inchi), tergolong torpedo ringan, berpeluncur triple tube,dan menjadi andalan di kelas frigat/korvet TNI AL. Torpedo inidapat dilepaskan dari wahana kapal permukaan dan helikopter yang berkemampuan AKS (anti kapal selam).

SUT Torpedo 533 mm

Meski tak diketahui berapa pasti jumlah torpedo SUT yang diproduksi PT DI, tapi dipercaya sudah seratusan lebih yang berhasil dibuat. Besarnya jumlah yang dibuat, tak semata-mata guna memenuhi kebutuhan dua unit kapal selama Type 209 TNI AL, torpedo SUT yang masuk golongan ‘kelas berat’ ini juga disasar untuk kebutuhan KCT (Kapal Cepat Torpedo) FPB-57 TNI AL, tiap FPB-57 dapat membawa dua torpedo, tanpa isi ulang. Bahkan, nantinya kapal selam Changbogo Class TNI AL juga dapat menggunakan jenis torpedo ini.


Dari segi bobot, torpedo 533 mm memang gambot, dengan panjang enam meter lebih, berat torpedo SUT ini mencapai 1,4 ton lebih, di dalamnya sudah termasuk bobot hulu ledak 225 kg yang dapat mengkaramkan frigat. PT DI membuat dua varian SUT ttorpedo, latihan dan perang. Khusus varian latihan baterai torpedo dapat diisi ulang. Satu kali isi ulang dapat digunakan 10 hingga 15 kali latihan. Umur baterai torpedo dapat diperpanjang, Hal ini membuat usia pakai SUT Torpedo menjadi lebih lama.

See full article IndoMiliter

Subscribe to receive free email updates: