07 April 2019
Panser Anoa 6x6 buatan Pindad (photo : swara malut)
Bandung, IDN Times – Sejak pertama kali diperkenalkan pada 2006 silam, Panser Anoa, kendaraan roda enam produksi andalan PT Pindad, sudah menggunakan mesin merek Perancis, Renault MIDR. Hingga saat ini, Anoa yang sudah berevolusi menjadi beberapa varian, masih menggunakan Renault.
Direktur Pindad Abraham Mose mengatakan, lambat laun Pindad ingin melepaskan ketergantungan dengan Renault. Saat ini, ia tengah menguji beberapa mesin lainnya yang dianggap mampu memboyong kendaraan dengan berat rata-rata 11 ton tersebut.
Tahun lalu, sempat beredar wacana bahwa Pindad berencana mengembangkan mesin untuk mengganti Renault. Namun, wacana tersebut ditampik Abraham, saat ditanya IDN Times pasca menghadiri perayaan HUT Ke-21 Kementerian BUMN sekaligu HUT ke-36 Pindad.
“Enggak ada kalau meninggalkan (Mesin pengembangan asing). Tetapi kami kan enggak bisa terus-terusan mengandalkan dari mereka (Renault). Jadi kami sudah mulai mencari alternatif solusi agar tak bergantung pada Renault,” ujar Abraham, di Gedung Sate, Kota Bandung, Sabtu (6/4).
Abraham mengaku, sudah mengarah beberapa mesin merek lain, baik orbitan Eropa mau pun Asia. Syaratnya, tak lain berteknologi tinggi tapi dengan harga yang lebih ramah.
“Opsinya dari vendor lain yang bisa dibilang lebih comfortable, lebih mendukung Pindad. Karena biasanya untuk produk yang punya teknologi tinggi itu, dia selalu memberlakukan namanya cost of technology dari tiap inovasinya. Sehingga kami coba mencari yang jenis mesinnya sama, punya keamampuan andal, tidak harus tergantung ke Renault,” tuturnya.
Ada banyak merek mesin yang tengah dipelajari Pindad. Namun, Abraham hanya menyebut tiga mereka di antaranya ialah Perkins, Hino, dan Doosan. Ketiga merek tersebut memang telah melanglangbuana sebagai produsen mesin berkapasitas besar.
Perkins merupakan merek bikinan Inggris Raya, sekaligus anak perusahaan Caterpillar Inc. Sementara Hino dan Doosan, masing-masing merupakan mesin ciptaan Jepang dan Korea Selatan.
Anoa memang menjadi produk Pindad yang paling laris di pasar lokal dan internasional. Fakta tersebut membuat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno, berbangga hati.
“Jadi memang itu satu kebanggaan, bukan hanya bagi Pindad tapi bagi bangsa Indonesia juga. Karena sudah lebih dari 350 unit Anoa dan digunakan oleh PBB (Persatuan Bangsa Bangsa),” tutur Rini, dalam sambutannya.
(IDN Times)
Panser Anoa 6x6 buatan Pindad (photo : swara malut)
Bandung, IDN Times – Sejak pertama kali diperkenalkan pada 2006 silam, Panser Anoa, kendaraan roda enam produksi andalan PT Pindad, sudah menggunakan mesin merek Perancis, Renault MIDR. Hingga saat ini, Anoa yang sudah berevolusi menjadi beberapa varian, masih menggunakan Renault.
Direktur Pindad Abraham Mose mengatakan, lambat laun Pindad ingin melepaskan ketergantungan dengan Renault. Saat ini, ia tengah menguji beberapa mesin lainnya yang dianggap mampu memboyong kendaraan dengan berat rata-rata 11 ton tersebut.
Tahun lalu, sempat beredar wacana bahwa Pindad berencana mengembangkan mesin untuk mengganti Renault. Namun, wacana tersebut ditampik Abraham, saat ditanya IDN Times pasca menghadiri perayaan HUT Ke-21 Kementerian BUMN sekaligu HUT ke-36 Pindad.
“Enggak ada kalau meninggalkan (Mesin pengembangan asing). Tetapi kami kan enggak bisa terus-terusan mengandalkan dari mereka (Renault). Jadi kami sudah mulai mencari alternatif solusi agar tak bergantung pada Renault,” ujar Abraham, di Gedung Sate, Kota Bandung, Sabtu (6/4).
Abraham mengaku, sudah mengarah beberapa mesin merek lain, baik orbitan Eropa mau pun Asia. Syaratnya, tak lain berteknologi tinggi tapi dengan harga yang lebih ramah.
“Opsinya dari vendor lain yang bisa dibilang lebih comfortable, lebih mendukung Pindad. Karena biasanya untuk produk yang punya teknologi tinggi itu, dia selalu memberlakukan namanya cost of technology dari tiap inovasinya. Sehingga kami coba mencari yang jenis mesinnya sama, punya keamampuan andal, tidak harus tergantung ke Renault,” tuturnya.
Ada banyak merek mesin yang tengah dipelajari Pindad. Namun, Abraham hanya menyebut tiga mereka di antaranya ialah Perkins, Hino, dan Doosan. Ketiga merek tersebut memang telah melanglangbuana sebagai produsen mesin berkapasitas besar.
Perkins merupakan merek bikinan Inggris Raya, sekaligus anak perusahaan Caterpillar Inc. Sementara Hino dan Doosan, masing-masing merupakan mesin ciptaan Jepang dan Korea Selatan.
Anoa memang menjadi produk Pindad yang paling laris di pasar lokal dan internasional. Fakta tersebut membuat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno, berbangga hati.
“Jadi memang itu satu kebanggaan, bukan hanya bagi Pindad tapi bagi bangsa Indonesia juga. Karena sudah lebih dari 350 unit Anoa dan digunakan oleh PBB (Persatuan Bangsa Bangsa),” tutur Rini, dalam sambutannya.
(IDN Times)