16 April 2019
KRI Alugoro 405 (photo : Antara)
JAKARTA - Kementerian Pertahanan (Kemhan) memastikan pembangunan tiga kapal selam untuk sesi kedua dilakukan pada pertengahan 2019.
Saat ini, proses pembangunan masuk dalam tahap pencarian lender atau bank peminjam oleh Kementerian Keuangan. “Kontrak pengadaan sudah ditandatangani. Kemudian cari lender, habis itu langsung efektif (pembangunan).Lender itu butuh waktu tiga bulan,” ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemhan Laksdya TNI Agus Setiadji di Jakarta, kemarin.
Dia menyebut, sekitar 15% biaya pembangunan kapal selam tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan 85% lainnya merupakan pinjaman. “Kita upayakan imbal dagang dengan Korea Selatan. Setelah itu efektif kontrak, selanjutnya langsung produksi. Jadi 2019 efektif produksi mulai. Proses pembuatannya antara 3-4 tahun,” ucapnya.
Terkait dengan penyertaan modal negara (PMN) untuk pembangunan fasilitas kapal selam, Agus mengaku tengah mengupayakan meminta kepada badan usaha milik negara (BUMN). Sebab dari Rp2,5 triliun anggaran yang dibutuhkan, pihaknya baru mendapatkan anggaran sebesar Rp1,5 triliun.
“Menteri BUMN untuk minta PMN karena butuh Rp2,5 triliun. Kita kan baru dapat Rp1,5 triliun kurang Rp1 triliun lagi untuk mendukung peralatan. Kalau itu sudah terwadahi, kita bisa bangun seutuhnya. Sebab bangun kapal selam itu peralatan pendukungnya seharga kapal selam sehingga kontinuitas pemesanan juga harus banyak,” jelasnya.
Sementara itu, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menyebut, diperlukan anggaran sebesar USD1.200 juta untuk membangun ketiga kapal selam tersebut. Menurut Ryamizard, Indonesia membutuhkan 12 kapal selam untuk menjaga wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Pemenuhan kebutuhan kapal selam akan dilakukan secara bertahap. Dua kapal selam yang lama diperbarui lagi. Ada dua yakni Cakra dan Nanggala. Jadi saat ini kita punya lima kapal selam, nanti kita akan punya 12 kapal selam. Rencananya, setelah memproduksi kapal selam kelima, produksi industri pertahanan dalam negeri ini akan dijual ke negara-negara lain,” katanya.
Ryamizard mengaku, banyak produksi industri pertahanan Indonesia yang diminati negara-negara lain. Filipina misalnya, sudah membeli dua kapal perang buatan PT PAL.
“Mereka mau beli dua lagi. Malaysia mau beli dua lagi tank medium kemudian helikopter. Begitu juga dengan negara Afrika, Nigeria, berminat pada pesawat CN235 termasuk kapal patroli,” ucapnya.
(SindoNews)
KRI Alugoro 405 (photo : Antara)
JAKARTA - Kementerian Pertahanan (Kemhan) memastikan pembangunan tiga kapal selam untuk sesi kedua dilakukan pada pertengahan 2019.
Saat ini, proses pembangunan masuk dalam tahap pencarian lender atau bank peminjam oleh Kementerian Keuangan. “Kontrak pengadaan sudah ditandatangani. Kemudian cari lender, habis itu langsung efektif (pembangunan).Lender itu butuh waktu tiga bulan,” ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemhan Laksdya TNI Agus Setiadji di Jakarta, kemarin.
Dia menyebut, sekitar 15% biaya pembangunan kapal selam tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan 85% lainnya merupakan pinjaman. “Kita upayakan imbal dagang dengan Korea Selatan. Setelah itu efektif kontrak, selanjutnya langsung produksi. Jadi 2019 efektif produksi mulai. Proses pembuatannya antara 3-4 tahun,” ucapnya.
Terkait dengan penyertaan modal negara (PMN) untuk pembangunan fasilitas kapal selam, Agus mengaku tengah mengupayakan meminta kepada badan usaha milik negara (BUMN). Sebab dari Rp2,5 triliun anggaran yang dibutuhkan, pihaknya baru mendapatkan anggaran sebesar Rp1,5 triliun.
“Menteri BUMN untuk minta PMN karena butuh Rp2,5 triliun. Kita kan baru dapat Rp1,5 triliun kurang Rp1 triliun lagi untuk mendukung peralatan. Kalau itu sudah terwadahi, kita bisa bangun seutuhnya. Sebab bangun kapal selam itu peralatan pendukungnya seharga kapal selam sehingga kontinuitas pemesanan juga harus banyak,” jelasnya.
Sementara itu, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menyebut, diperlukan anggaran sebesar USD1.200 juta untuk membangun ketiga kapal selam tersebut. Menurut Ryamizard, Indonesia membutuhkan 12 kapal selam untuk menjaga wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Pemenuhan kebutuhan kapal selam akan dilakukan secara bertahap. Dua kapal selam yang lama diperbarui lagi. Ada dua yakni Cakra dan Nanggala. Jadi saat ini kita punya lima kapal selam, nanti kita akan punya 12 kapal selam. Rencananya, setelah memproduksi kapal selam kelima, produksi industri pertahanan dalam negeri ini akan dijual ke negara-negara lain,” katanya.
Ryamizard mengaku, banyak produksi industri pertahanan Indonesia yang diminati negara-negara lain. Filipina misalnya, sudah membeli dua kapal perang buatan PT PAL.
“Mereka mau beli dua lagi. Malaysia mau beli dua lagi tank medium kemudian helikopter. Begitu juga dengan negara Afrika, Nigeria, berminat pada pesawat CN235 termasuk kapal patroli,” ucapnya.
Untuk itu, mantan kepala staf angkatan darat (KSAD) ini meminta kepada perusahaan pembuat alat utama sistem persenjataan (alutsista) dengan baik. Sebab kemajuan industri pertahanan dalam negeri dapat menopang ekonomi suatu bangsa. Hal itu sudah dibuktikan oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris.
“Saya tekankan pada perusahaan itu agar benar-benar, jangan orang beli lalu rusak-rusak. Harus memuaskanlah. Terbukti Filipina puas dan mau beli lagi. Kalau negara-negara ASEAN beli disini kan dekat untuk perbaikannya,” kata Ryamizard.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Brigjen TNI Totok Sugiharto mengatakan, proses pembuatan kapal selama berlangsung selama tiga hingga empat tahun. Menurut dia, kapal selam yang akan dibangun nantinya dilengkapi dengan teknologi modern sesuai dengan karakteristik ancaman. “Tentu spesifikasinya akan lebih modern,” ucapnya.