28 Mei 2019
Len menampilkan sistem rudal pertahanan udara Starstreak pada pameran Indodefence 2018 (photo : jakartagreater)
BANDUNG, suaramerdeka.com - PT Len Industri (Persero) membukukan pendapatan terbesar di antara BUMN klaster National Defence and Hightech Industry (NDHI). Nilainya sebesar Rp.5,3 triliun atau meningkat 25,5 persen dibanding tahun sebelumnya.
Jumat (10/5), Len menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahun Buku 2018 bersama lima BUMN strategis lainnya yakni PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT Pindad (Persero), PT Dahana (Persero), PT INTI (Persero), dan PT Industri Nuklir Indonesia (Persero) di Jakarta.
"Untuk NPM (Net Profit Margin) mencapai angka 2,5 persen, atau Rp133 Milyar. Laba bersih ini meningkat sebesar 117 persen dari tahun 2017 yang sejumlah Rp 61 miliar, atau 12,55 persen lebih tinggi dari target," kata Dirut Zakky Gamal Yasin dalam keterangannya.
Selain itu, Len Industri bersama Dahana dan Pindad juga memberikan dividen bagi pemegang saham. RUPS memutuskan Len memberikan dividen kepada negara sebesar Rp 12 miliar atau 9,01 persen dari laba bersih. Angka ini terbesar dari yang pernah diberikan Len Industri kepada pemegang saham.
Menurut Zakky, lini bisnis sistem transportasi tetP menjadi yang paling dominan menyumbangkan pendapatan perseroan dengan porsi 68,68 persen. Kemudian lini Bisnis ICT sebesar 13,9 persen, elektronika pertahanan sebesar 9,82 persen, renewable energy sebesar 6,01 persen, serta sistem navigasi sebesar 1,4 persen.
“Kontribusi pendapatan konsolidasian tahun 2018 berasal dari proyek-proyek multiyears tahun sebelumnya serta proyek-proyek baru, terutama dari pembangunan Skytrain, Light Rail Transit (LRT), Sistem Pertahanan Udara Starstreak, dan pembangunan Papala Ring Paket Tengah,” imbuh Zakky.
Selain itu adalah proyek keroyokan bersama BUMN lainnya seperti LRT Sumatera Selatan dan Skytrain Bandara Internasional Soekarno Hatta, LRT Jakarta, dan LRT Jabodebek. Mereka juga melakukan penetrasi ke pasar luar negeri di Asia dan Afrika untuk lini bisnis transportasi perkeretaapian dan energi.
(Suara Merdeka)
Len menampilkan sistem rudal pertahanan udara Starstreak pada pameran Indodefence 2018 (photo : jakartagreater)
BANDUNG, suaramerdeka.com - PT Len Industri (Persero) membukukan pendapatan terbesar di antara BUMN klaster National Defence and Hightech Industry (NDHI). Nilainya sebesar Rp.5,3 triliun atau meningkat 25,5 persen dibanding tahun sebelumnya.
Jumat (10/5), Len menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahun Buku 2018 bersama lima BUMN strategis lainnya yakni PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT Pindad (Persero), PT Dahana (Persero), PT INTI (Persero), dan PT Industri Nuklir Indonesia (Persero) di Jakarta.
"Untuk NPM (Net Profit Margin) mencapai angka 2,5 persen, atau Rp133 Milyar. Laba bersih ini meningkat sebesar 117 persen dari tahun 2017 yang sejumlah Rp 61 miliar, atau 12,55 persen lebih tinggi dari target," kata Dirut Zakky Gamal Yasin dalam keterangannya.
Selain itu, Len Industri bersama Dahana dan Pindad juga memberikan dividen bagi pemegang saham. RUPS memutuskan Len memberikan dividen kepada negara sebesar Rp 12 miliar atau 9,01 persen dari laba bersih. Angka ini terbesar dari yang pernah diberikan Len Industri kepada pemegang saham.
Menurut Zakky, lini bisnis sistem transportasi tetP menjadi yang paling dominan menyumbangkan pendapatan perseroan dengan porsi 68,68 persen. Kemudian lini Bisnis ICT sebesar 13,9 persen, elektronika pertahanan sebesar 9,82 persen, renewable energy sebesar 6,01 persen, serta sistem navigasi sebesar 1,4 persen.
“Kontribusi pendapatan konsolidasian tahun 2018 berasal dari proyek-proyek multiyears tahun sebelumnya serta proyek-proyek baru, terutama dari pembangunan Skytrain, Light Rail Transit (LRT), Sistem Pertahanan Udara Starstreak, dan pembangunan Papala Ring Paket Tengah,” imbuh Zakky.
Selain itu adalah proyek keroyokan bersama BUMN lainnya seperti LRT Sumatera Selatan dan Skytrain Bandara Internasional Soekarno Hatta, LRT Jakarta, dan LRT Jabodebek. Mereka juga melakukan penetrasi ke pasar luar negeri di Asia dan Afrika untuk lini bisnis transportasi perkeretaapian dan energi.
(Suara Merdeka)